Smart City adalah definisi kota cerdas, yaitu cerdas sistem manajemennya, cerdas warganya dan juga cerdas pemerintah kotanya.
Bandung Smart City adalah kota yang berfungsi secara maksimal dalam mengelola berbagai sumber daya Kota secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan problematika kota menggunakan solusi inovatif, terintegrasi dan berkelanjutan dimana teknologi menjadi pendorong terciptanya solusi tersebut ditopang infrstruktur yang kuat dan sumber daya manusia yang siap untuk memberikan layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya menuju Kota Bandung yang nyaman dan dicintai. #Livable dan Lovable
Liveable adalah Kota Bandung yang berfungsi secara maksimal sehingga nyaman dan layak dihuni oleh warganya.
Loveable adalah Kota Bandung yang dicintai, membuat warganya betah dan memberikan segala yang terbaik untuk Bandung.
Bahasa Sunda/Daerah: "Kota Bandung Matak Nyaah Matak Betah".
Bahasa Indonesia: "Kota Bandung kota tersayang aman dan nyaman".
Smart Governance dapat diartikan sebagai tata kelola kota yang pintar, dimana komponen tata kelola ini umumnya menyoroti tata kelola dari pemerintah daerah sebagai institusi yang mengendalikan sendi-sendi kehidupan kota. Sehingga Smart Governance di dalam dimensi Smart City merupakan gambaran dari tata kelola pemerintahan yang dilaksanakan secara pintar, yaitu tata kelola pemerintahan yang mampu mengubah pola-pola tradisional dalam birokrasi sehingga menghasilkan business process yang lebih cepat, efektif, efisien, komunikatif dan selalu melakukan perbaikan.
Sasaran dari Smart Governance adalah mewujudkan tata kelola dan tata pamong pemerintahan daerah yang ekfektif, efisien, komunikatif, dan terus melakukan peningkatan kinerja birokrasi melalui inovasi dan adopsi teknologi yang terpadu.
Tentu saja dalam melakukan perubahan pola-pola tradisional dalam tata kelola pemerintahan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun adopsi teknologi adalah hal yang akan memberikan percepatan terhadap perubahan tersebut. Smart Governance harus dapat dimplementasikan ke dalam tiga unsur dalam tata kelola, yaitu:
a. Pelayanan (Service),
b. Birokrasi (Bureaucracy), dan
c. Kebijakan (Policy).
Dimensi kedua dalam Smart City adalah Smart Branding, yaitu branding daerah yang pintar. Yang dimaksud dengan Smart Branding adalah inovasi dalam memasarkan daerahnya sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah dengan mengembankan tiga elemen, yaitu:
a. Pariwisata (Tourism),
b. Bisnis (Business), dan
c. Wajah Kota (Appearance).
Sasaran dari smart branding adalah adanya peningkatan daya saing daerah dengan penataan wajah kota dan pemasaran potensi daerah baik dalam lingkup lokal, nasional maupun Internasional.
Dimensi ketiga dalam Smart City adalah smart economy atau tata kelola perekonomian yang pintar. Smart economy dalam dalam Smart City dimaksudkan untuk mewujudkan ekosistem perekonomian di daerah yang mampu memenuhi tantangan di era informasi yang disruptif dan menuntut tingkat adaptasi yang cepat seperti saat ini.
Sasaran dari dimensi smart economy di dalam Smart City adalah mewujudkan ekosistem yang mendukung aktifitas ekonomi masyakat yang selaras dengan sektor ekonomi unggulan daerah yang adaptif terhadap perubahan yang terjadi di era informasi saat ini, serta meningkatkan financial literacy masyarakat melalui berbagai program diantaranya mewujudkan less-cash society. Sasaran tersebut diwujudkan dengan mengembankan tiga elemen dalam smart economy, yaitu:
a. Ekosistem Industri (Industry),
b. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (Welfare), dan
c. Ekosistem Transaksi Keuangan (Transaction).
Smart Living menjadi salah satu dimensi dalam Smart City untuk menjamin kelayakan taraf hidup masyarakat di dalamnya. Kelayakan taraf hidup ini dapat dinilai dari tiga elemen, yaitu:
a. Kelayakan Pola Hidup (Harmony),
b. Kelayakan Kualitas Kesehatan (Health), dan
c. Kelayakan Moda Transportasi (Mobility).
Tiga Elemen tersebut untuk mendukung mobilitas orang dan barang di dalam sebuah Smart City.
Smart Society sebagai bagian dari Smart City merupakan dimensi yang banyak membahas tentang manusia sebagai unsur utama sebuah kota. Di dalam sebuah Smart City, interaksi antar manusia telah bergerak menuju ekosistem sosio-teknis di mana dimensi fisik dan virtual dari kehidupan warga kota semakin terjalin secara intensif. Interaksi antar-warga terjalin dengan semakin kuat dan tanpa sekat dengan mediasi teknologi.
Sasaran dari smart society dalam Smart City adalah mewujudkan ekosistem sosio-teknis masyarakat yang humanis dan dinamis, baik fisik maupun virtual untuk terciptanya masyarakat yang produktif, komunikatif, dan interaktif dengan digital literacy yang tinggi. Sasaran dari smart society tersebut diwujudkan dengan pengembangan tiga elemen di dalam smart society, yaitu:
a. Komunitas Warga (Community),
b. Ekosistem Pembelajaran (Learning), dan
c. Sistem Keamanan (Security).
Dimensi keenam dalam sebuah Smart City adalah pengelolaan lingkungan yang pintar, dimana yang dimaksud dengan pintar adalah adanya perhatian bagi lingkungan hidup dalam pembangunan kota yang sama besarnya dengan perhatian yang diberikan terhadap pembangunan infrastruktur fisik maupun pembangunan bagi sarana dan prasarana bagi warga. Ide dasar dari smart environment di dalam Smart City adalah untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, dimana hal tersebut tidak boleh hilang dengan lahirnya ide tentang Smart City yang menjadikan elemen teknologi sebagai elemen pendorongnya antara lain sebagai berikut:
a. Mengembangkan Program Proteksi Lingkungan (Protection),
b. Mengembangkan Tata Kelola Sampah dan Limbah (Waste),
c. Mengembangkan Tata Kelola Energi Yang Bertanggung-jawab (Energy).
Di dalam pelaksanaannya, Evaluasi Implementasi Program Gerakan Menuju 100
Smart City ini dilakukan terhadap empat dimensi, yaitu:
1. Kondisi awal sebelum program smart city (Baseline): Pada dasarnya, baseline adalah tolak ukur atas
perubahan yang terjadi dengan tergabungnya daerah yang dievaluasi
sebagai Peserta dari Gerakan Menuju 100 Smart city. Evaluasi terhadap
baseline dilakukan sebagai rujukan bagi evaluator dalam menilai capaian
Output, Outcome, dan impact dari implementasi smart city serta perubahan
yang terjadi sebelum dan sesudah daerah yang dievaluasi mengikuti
Program Gerakan Menuju 100 Smart city.
2. Keluaran program smart city (output): Evaluasi terhadap Output dilakukan terhadap tiga elemen, yaitu:
kebijakan smart city, kelembagaan smart city, dan anggaran smart city.
Sehingga evaluasi Output, dilakukan untuk mengukur capaian keluaran dari
pelaksanaan Gerakan Menuju 100 Smart city terhadap daerah.
3. Hasil program smart city (outcome): Outcome atau hasil merupakan keluaran
lanjutan dari Gerakan Menuju 100 Smart city yang dijalankan di
daerahnya. Evaluasi terhadap Outcome dilakukan untuk mengukur
pelaksanaan implementasi smart city di daerah. Terdapat 3 elemen di dalam
evaluasi terhadap Pelaksanaan smart city, yaitu: program pembangunan
smart city, pelaksanaan roadmap smart city, dan pelaksanaan rencana aksi
smart city di daerah.
4. Dampak program smart city (Impact): Evaluasi terhadap impact atau dampak
dilakukan untuk melihat adanya perubahan yang nyata di tengah-tengah
masyarakat dengan adanya implementasi smart city di daerah peserta serta
menilai adanya kesinambungan dan keberlanjutan dari program smart city di
sana.
Evaluasi terhadap dampak dari implementasi smart city di daerah dilakukan
terhadap 3 elemen, yaitu: perbaikan kondisi daerah, keterlibatan masyarakat, dan
keberlanjutan program smart city.
Wadah Riset atau Penelitian, ide gagasan, tulisan, mengenai Bandung Smart City dari perguruan tinggi
Smart District merupakan tata kelola kewilayahan yang cerdas, dimana komponen tata kelola ini umumnya menyoroti tata kelola dari kecamatan dan kelurahan sebagai institusi yang mengendalikan sendi-sendi kehidupan kota.
Kegiatan Pemerintah Kota Bandung dalam melaksanakan acara yang berkaitan dengan Promosi Program Pemerintahan.
Wadah untuk mempromosikan produk asli Kota Bandung melalui Toko Online
BANDUNG ICONIC (INNOVATION, CREATIVITY & COACHING CLINIC )
Bandung Silicon valley indonesia